Dia Bisa, Kenapa Aku Tidak?

by - January 08, 2021

 Apakah kamu pernah bermimpi besar?

Apakah kamu sudah mencapainya?

Apakah kamu pernah melihat orang lain mencapai mimpi yang persis kamu inginkan?

Aku pernah. Sekarang aku sedang melihatnya.

Aku memperhatikan jalan hidupnya, dan dia mendapatkan hal yang aku cita-citakan. Bukan hanya satu mimpi, tapi seluruh prosesnya. Orang itu mencapai rangkaian proses hidup yang aku impikan sejak lama.


Sedangkan aku?


Aku ada di jalan yang jauh berbeda dari proses hidup yang aku impikan.


***********


Aku suka bermimpi.

Mimpi yang aku buat detail sekali.

Iya, seakan-akan, aku mendikte Tuhan atas apa yang seharusnya terjadi.


Di tahun pertama aku kuliah, aku membuat serangkaian proses hidup yang aku impikan untuk mencapai ultimate goal yang aku cita-citakan.


Lulus sarjana, aku berharap bisa langsung bekerja di perusahaan yang ternama.

Lalu aku berharap dapat melanjutkan studi ke Inggris dengan mendapatkan beasiswa.

Sepulangnya dari sana, aku bisa menikah dengan orang yang aku cintai.

Memulai kehidupan keluarga, aku ingin mulai menjalankan karier sebagai tenaga pendidik di universitas.


Ya, cita-cita ku, bisa menjadi dosen di kampus bagus, dengan title lulusan Inggris serta pengalaman kerja yang cukup, memiliki kontribusi besar kepada banyak orang, serta bisa menyeimbangkan hidup bahagia dengan suami dan anak tercinta.


Aku rasa cita-citaku cukup detail.

Aku sendiri merasakan itu akan sulit untuk dicapai.


Namun, aku melihat ada seseorang yang aku kenal, ternyata bisa mencapainya.

Persis. Detail sesuai dengan cita-citaku.


***********


Sosial media membuat kita bisa dekat dengan kehidupan pribadi orang lain.

Sebagai orang yang sudah kecanduan sosial media, aku cukup sering menggeser halaman sosial media untuk mengetahui kabar orang lain.

Hingga aku memperhatikan salah seorang teman di sosial mediaku.


Tahun demi tahun berganti, aku merasa, dia telah mencapai seluruh rangkaian proses hidup yang aku impikan.


Respon pertama, tentu aku ikut senang dengan apa yang dia raih.

Oleh karena itu, aku terus mengikuti akun dia, melihat betapa senangnya dia hidup disana dengan posisi yang aku inginkan.


Tentu dia tidak tahu bahwa dia telah mencapai mimpiku.

Dia tentu tidak mengabarkan apa yang dia telah dapatkan kepadaku, tapi melihat postingan sosial medianya dari waktu ke waktu.

Aku benar-benar takjub bahwa ternyata proses hidup yang pernah aku buat itu bukanlah hal yang tak mungkin untuk dicapai.


Telah da orang yang mencapainya.

Berarti itu sangat mungkin untuk dicapai.


Namun, aku tidak bisa menyangkal, aku juga sedih melihatnya.


Sedih melihat dimana posisiku sekarang.

Posisiku yang ternyata jauh dari apa yang aku cita-citakan.


Berhubung dia seumuran denganku, aku juga seperti mengutuk diriku, kenapa aku tidak bisa mencapainya padahal orang lain ternyata bisa.


Aku bertanya-tanya apa kesalahanku sehingga aku tidak bisa mencapainya sekarang.


Jujur saja, aku benar-benar sedih melihat kondisiku ketika aku membandingkan diriku dengan pencapaian dia. Di usia kami yang sama.


***********


Namun, di saat yang sama, aku menemukan sebuah nasihat dari seorang influencer di instagram.

Sebuah pengingat bahwa “seharusnya kita tidak berlomba untuk hal yang tidak dilombakan karena itu hanya akan membuat kita lelah sendiri”.


Aku rasa, aku merasa sedih karena aku seakan-akan merasakan sedang berlomba untuk memenangkan diri untuk mencapai mimpi itu.


Bahkan sebelum aku melihat pencapaian sempurna orang itu sekarang, aku sering kecewa mengapa hidupku jauh dari proses hidup yang aku inginkan.


Aku berpikir seakan-akan aku kalah dalam lomba, padahal ini seharusnya bukanlah perlombaan.


***********


Sambil menangis, aku bercerita kepada suamiku setelahnya.


Suamiku menyampaikan pendapatnya bahwa “Ketika aku merasa sedih tidak bisa mencapai apa yang dilakukan orang lain, aku harus mengingat bahwa mungkin ada juga orang lain yang tidak bisa mencapai apa yang telah aku lakukan”


Secara tidak langsung, aku menyadari betapa aku tidak bersyukur atas apa yang telah aku miliki.


Setelah itu, aku jadi berpikir bahwa ada banyak hal yang sebenarnya tidak aku impikan malah bisa jadi kenyataan saat ini. 

Aku rasa kenyataan yang aku jalani sekarang tidak jauh lebih buruk dari apa yang aku impikan.


Aku mencoba untuk terus sadar bahwa apa yang aku diktekan kepada Tuhan, mungkin bukanlah hal yang tepat untuk aku dapatkan.


***********


Aku menceritakan hal ini sebagai pengingat untuk diriku yang mudah rapuh ini, serta mungkin bisa jadi pengingat untuk kalian semua yang mau membaca.


Aku mencoba untuk terus mengingat bahwa hidup ini bukanlah perlombaan, dan aku harus menikmati setiap jalan terbaik yang Tuhan telah rancangkan.


Walau aku masih buta dengan apa yang terjadi di masa depan. Aku mencoba percaya bahwa zona waktu setiap orang berbeda-beda. Aku mencoba untuk percaya, bahwa mungkin aku masih ada di zona waktu bagian yang lain untuk mencapai tujuan utamaku.


Aku percaya, walau proses hidupku sekarang jauh berbeda dari yang impikan, aku tetap berharap bahwa aku akan tetap mencapai tujuan utamaku suatu saat nanti di waktu yang tepat, atau bahkan lebih baik dari yang aku cita-citakan. 


Kuatkan aku ya agar bisa menerimanya.

Ingatkan aku juga agar aku bisa terus bersyukur.

Maafkan aku juga yang terlalu ambisi memandang dunia.


Aku harus berubah.

Di awal tahun ini, aku akan terus berubah jadi lebih baik.


Semangat ya, Sintia!




Ditulis oleh,

Sintia...



You May Also Like

0 comments

Instagram