Pengalaman Melahirkan Normal dengan Nyaman Pakai Metode ILA

by - April 16, 2022

Sebenarnya aku berpendapat kalau metode persalinan, normal pervaginam atau sectio caesarian (SC), adalah privasi yang tidak seharusnya orang lain perlu tahu bagaimana cara kita melahirkan anak yang telah dikandung kita 40 minggu lamanya. 

Mungkin oke saja untuk menjadikannya sebagai bahan perbincangan, tapi sedihnya sih, di kalangan masyarakat, ada stigma tertentu tentang metode persalinan yang dijalani oleh seorang ibu. 

Tapi izinkanlah aku berbagi pengalaman melahirkanku yang nyaman tanpa trauma dan aku harap bisa  melunturkan rasa takut orang-orang yang akan menghadapi persalinan.

********

Aku melahirkan anak perempuan pertamaku di RSIA Melati Husada Malang bersama dr. Anin Sp.OG pada tanggal 21 Februari 2022 secara normal menggunakan metode ILA (Intrathecal Labor Analgesia).

Jujur saja awalnya aku sangat khawatir dengan rasa super sakit yang katanya akan dihadapi orang yang melahirkan normal. Selama hamil, aku pun cari berbagai informasi tentang bagaimana cara menghindari rasa sakitnya melahirkan normal.

Dari situ aku belajar banyak tentang gentle birth - hypnobirthing yang katanya bisa mengurangi perasaan nyeri saat melahirkan. Bahkan aku juga sempat berencana untuk melakukan caesar yang direncanakan saja saking aku takut menghadapi rasa seramnya melahirkan normal. 

Tapi kemudian aku mendengar dari temanku bahwa ada metode melahirkan normal tanpa nyeri yang namanya ILA ini. Aku pun mendiskusikan hal ini ke dokter kandungan ku, beliau pun menyampaikan kepadaku kalau alasannya ingin tidak merasakan nyeri saat persalinan, jangan pilih caesar direncanakan. Selama bisa bersalin secara normal, lebih baik menggunakan painless labor ILA saja.

Beliau bilang kalau caesar digunakan sebagai jalan terakhir kalau memang ada masalah pada bayi yang mengharuskannya dilahirkan lewat seperti itu.

Cuma dokterku menyampaikan lagi kalau melahirkan normal pakai metode ILA itu lebih mahal dan tidak bisa ditanggung oleh jenis asuransi manapun.

Dengan berbagai pertimbangan, aku pun memantapkan diri untuk bisa melahirkan normal dengan metode ILA.


*********

Tentang ILA

Bicara tentang metode persalinan ILA sendiri. ILA singkatan dari Intrathecal Labor Analgesia, salah satu jenis metode painless labor. Mungkin melahirkan dengan epidural lebih dikenal ya untuk metode persalinan yang mengurangi rasa nyeri, cuma perlu dipahami kalau Metode ILA berbeda dengan epidural.

Ini penting banget aku kasih bold karena metode epidural ditemukan lebih banyak efek samping, sedangkan ILA itu tidak. Beda detailnya silahkan googling sendiri ya.

ILA ini secara konsep seperti obat bius yang bakal disuntikkan ke tulang belakang kita ketika pembukaan kita sudah di atas pembukaan 4 (memasuki fase aktif persalinan)

Iya, penghilang nyeri ILA ini baru akan disuntikkan ketika kita sudah masuk pembukaan 4 persalinan. So, kita akan tetap melewati kontraksi juga, tapi sampai pembukaan 4 saja.

Yaa kontraksi memang rasanya kurang nyaman, tapi menurutku pembukaan 1-4 sih masih sangat bisa aku tahan. Ya kan aku sudah membekali diri belajar gentle birth soalnya. Jadi untuk melewati pembukaan sampai 4, bisa banget mempraktekkan teknik pernapasan yang sudah aku pelajarin lah ya.

Setelah obat biusnya disuntikkan ke kita, langsung tuh rasa nyeri kontraksi hilang begitu saja dalam sekejap. Mantap sih!

Dalam kasusku sendiri, aku baru disuntikkan obat bius ILAnya waktu pembukaan 5 karena dokter anestesinya belum datang.

Btw dokter anestesi yang menanganiku, dr. Djudjuk Sp.An, sama kayak dokternya Jennifer Bachdim yang melahirkan ILA di rumah sakit yang sama loh wkwk *infopenting*

Jujur saja memang pembukaan 4 ke atas (atau yang disebut fase aktif) memang rasa nyerinya makin menjadi sih. Teknik pernapasan yang aku pelajarin agak susah diterapkan menghadapinya heu. Sungguh aku bersyukur ada ILA yang membantu…

Aku disuntikkan ILA itu kurang lebih jam 6 pagi. Beneran deh rasa sakitnya kontraksi tuh tetiba hilang begitu saja setelah disuntik. 

Tapi gak lama kemudian, dokter biusnya belum pulang, aku merasakan suatu rasa sedikit aneh gitu. Jujur aku mikir apa ILA nya gagal ya kan katanya kalau ILA ga ada ngerasain apa apa sama sekali.  eh ternyata setelah dicek, aku sudah pembukaan 9!!!

Jadi perasaan aneh yg aku rasakan itu adalah rasanya kepala bayi ku yang mengganjal karena sudah ada di jalan lahir dan bersiap untuk keluar. 

 Itulah dia  keunggulannya metode ILA, aku tidak merasakan nyeri hebatnya kontraksi tapi aku masih bisa merasakan turunnya janin sehingga aku masih dapat sensasi dorongan untuk mengejan. Tentu saja ini menjawab mitos orang-orang yang katanya metode ILA tuh menghilangkan kemampuan ibu untuk mengejan.

Yaa mungkin memang mengejanku gak bakal se-alami orang normal tanpa ILA sih. Dokter dan bidan membimbing aku dalam mengejan dan memastikan aku mengejan hanya ketika kontraksi itu datang.

Di saat yang sama aku kaget juga jarak pembukaan 5 ke 9 bisa secepat itu. Aku gak paham sih apa suntikan ILA ikut andil dalam percepatan pembukaan ini. Seharusnya enggak sih ya. Tapi di kasusku sih begitu. 

Dan sekitar jam 7, aku sudah pembukaan lengkap dan siap masuk ke fase selanjutnya: Mengejan!

Seperti yang aku bilang, aku mengejan dengan dasar sensasi turunnya kepala bayi yang aku rasakan. Setiap aku merasakan itu, aku menyampaikan ke dokter dan bidan pendamping. Di saat yang bersamaan, mereka mengkonfirmasi kalau saat itu kontraksi ku memang sedang datang. Disitulah aku mulai mengejan sekuat tenaga. Tentu saja kontraksi datang yang seharusnya nyeri itu sama sekali gak ada rasanya di aku~

Soal mengejan. Karena sebenarnya kita tidak merasakan kontraksi langsung, banyak yang bilang ibu yang melahirkan pakai ILA tidak bisa mengejan dengan baik. Tapi untungnya aku memang membekali diri dengan belajar cara mengejan yang baik, thanks to instruktur yoga ku, jadi katanya dokter sih mengejanku tuh bagus huehehe.

Setelah sekitar hampir setengah jam mengejan. 

Alhamdulillah adek Najwa akhirnya bisa lahir selamat ke dunia ini jam 7.20 pagi pada 21/2/22~~

Lumayan agak lama mengejannya karena bayiku agak besar (berat 3.38 kg) serta ada satu lilitan tali pusar. 

Perjalanan belum usai.

Selanjutnya proses kelahiran plasenta (ari-ari) juga alhamdulillah berjalan lancar. Aku masih gak merasakan apa-apa. Cuma bisa amaze fokus mendengar tangisan bayiku yang cantik sedang dibersihkan disana. 

Dan setelah semua selesai, karena aku ada robekan perineum, dokter melakukan jahit perineumku dan lagi-lagi, aku masih tidak merasakan apa-apa. Wehehe canggih!

Well… 

Proses melahirkan selesai deh. 

After effect-nya dari proses melahirkan normal ILA ini yaa sama seperti orang melahirkan normal saja. Karena aku ada jahitan perineum yaa cukup itu saja yang aku rasakan efeknya setelah melahirkan. 

Aku pun baru merasakan efek gak nyaman dari melahirkan itu sekitar sore.

Selebihnya alhamdulillah aman. Gak nyangka bahkan sudah bisa melewati proses melahirkan ini 😅

Lagi-lagi Alhamdulillah wa syukurillah semua proses melahirkannya bisa berjalan lancar!

**********

Menjawab Stigma Negatif tentang ILA

Jujur aku sempat khawatir juga apa iya bakal melahirkan pakai ILA, karena belum ada orang di sekitarku yang pakai metode persalinan ini. 

Baca artikel juga banyak bilang kalau ada berbagai macam risiko yang terasa menyeramkan dari penggunaan metode ini. Terutama mereka yang pro gentle birth, pastinya ya mengharapkan kelahiran dengan alami tanpa tindakan medis yang seharusnya tidak perlu.

Untungnya aku punya suami sang ahli teknologi yang menguatkan hatiku kalau kita harus percaya sama perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan. Kalau ada metode persalinan yang bisa membuat aku lebih nyaman, kenapa tidak kita coba.

Aku sendiri juga berusaha sebaik mungkin untuk cari tahu apa saja sih risiko dari metode ILA ini dan sebisa mungkin aku persiapkan dari awal bagaimana cara mengatasinya dan persiapkan diri untuk skenario terburuk.

Berikut beberapa risiko dan stigma negatif atas metode persalinan ILA yang mungkin aku akan coba jawab berdasarkan pengalamanku.

1. Kontraksi rahim jadi lambat, proses persalinan lebih lama, bahkan membuat pembukaan bisa jadi macet sehingga menjadi jalan orang yang pakai ILA akan berakhir harus operasi caesar

Wuhuu alhamdulillah ini tidak terjadi ya pada aku. Bahkan di kasusku, pembukaanku meningkat pesat setelah disuntik ILA. Kata dokter sih pembukaan macet itu bukan karena ILA apabila terjadi, tapi ya memang dari faktor si ibu tersebut. Dan itu jadi lain cerita lagi kalau bicara menghindari faktor pembukaan macet.

Kalau sepemahamanku sih pembukaan macet kebanyakan terjadi karena posisi janin yang tidak optimal, jadi yaa memang sebisa mungkin kita harus berikhtiar sekeras mungkin agar posisi janin kita optimal sebelum bayi siap dilahirkan. 

Jujur saja waktu minggu ke-36, posisi janinku dinyatakan oblique (miring) oleh dokter. Tentu saja hampir tidak mungkin melahirkan normal pakai ILA kalau posisi janin tidak optimal seperti itu. 

Aku pun mengusahakan optimalisasi posisi janinku dengan terus melakukan prenatal yoga dan semakin rutin banget duduk dan bergoyang di atas gymball untuk benar-benar memastikan posisi janinku optimal.

Dan yang paling penting tentunya aku benar-benar sepasrah itu berdoa sebanyak-banyaknya plus minta didoakan orang-orang tersayang sih yaa heuu jadi mau nangis dikasih Allah posisi janin yang optimal sebelum melahirkan sehingga bisa lancar melahirkan gini :(

2.  ILA menghilangkan sensasi ibu untuk mengejan sehingga menjadikan proses persalinan lebih lama dan harus dibantu menggunakan vacuum atau forsep serta meningkatkan risiko robeknya perineum

Seperti yang aku jelaskan di cerita di atas, orang yang dibius ILA masih bisa merasakan kok posisi bayi yang turun (itu bisa diartikan sama dengan datangnya kontraksi), jadi sebenarnya ibu masih punya rasa sensasi mengejan. Memang katanya epidural gak ada rasa sama sekali sih ya. Tapi ingat kan seperti yang aku tekankanndi awal kalau ILA berbeda dengan epidural. Orang kadang suka mispersepsi dengan ILA. 

Bagaimanapun aku sendiri juga mempersiapkan diri belajar cara mengejan yang benar itu gimana, macam gak ada suaranya dan gak mengejan di leher saja.

Plus tentu saja harus memastikan kalau posisi janin sudah benar-benar optimal agar tidak terjadi persalinan macet. Naudzubillah

Untuk penggunaan vacuum atau forsep, alhamdulillah karena proses mengejanku fine dan bayi sudah turun optimal jadi yaa tidak perlu pakai itu sih ya.

Selanjutnya masalah robekan perineum, itu sesuatu yang gak bisa aku pertahankan sih memang. Dari awal, aku memang sudah mempersiapkan diri apabila ada robekan perineum dan menurutku itu sesuatu yang susah untuk dipertahankan.

Jujur aku gak tahu ada berapa jahitan di perineumku, aku gak mau tahu wkwk. Intinya sih proses jahitan perineumnya gak ada rasa sama sekali karena masih kena efek dari ILA. dan efek sakitnya robek perineum yaa kurang dari satu minggu udah bisa fine normal sih menurutku. Well, aku juga gak jamin tanpa ILA bakal utuh juga perineumnya. Soo aku sih gak ambil pusing soal robekan perineum.

******

Mungkin sekian yang bisa aku bagikan sejauh ini.

Semoga bermanfaat yaaa~~

You May Also Like

0 comments

Instagram