Oase di Distrik Merah: Masjid Al Ikhlas Kabukicho Tokyo
"I will directly go to Kabukicho for praying after this"
"Playing? You mean, you want to go to pub and play with host there?
"Prrrrrrrraying!!!!"
Itu hanya sedikit obrolan bercanda yang aku lakukan dengan seorang teman Jepangku. Namun di luar keadaan bercanda, hal ini sangat mungkin terjadi ada di dalam otak mereka. Temanku selalu kaget kalau aku pergi untuk beribadah ke Masjid yang letaknya di Kabukicho. Ya, Kabukicho adalah salah satu red light district di Jepang, katanya sih terbesar.
"I still cannot believe there is a mosque in that area. Are you safe to go there at night, Sintia?"
***
Namanya masjid Al-Ikhlas Kabukicho Tokyo. Aku sering pergi ke masjid ini karena memang masjid ini secara geografis adalah masjid yang paling dekat dari rumahku, hanya 6 stasiun dari stasiun terdekat rumahku, 15 menit menggunakan kereta lokal. Aku baru tahu ada masjid ini sekitar dua bulan setelah aku datang ke Tokyo, bahkan kak Irfan yang sudah mencapai tahun ketiganya disini tidak mengetahui keberadaan masjid ini.
Masjid Al-Ikhlas Kabukicho, Shinjuku, Tokyo |
Papan Nama Host/Hostess dengan Penghasilan Tertinggi di Masing-masing Bar Cukup keluar masjid kami, maka kalian bisa melihatnya |
***
“Hiii, gak bakal aku ke Masjid Kabukicho. Masih banyak pilihan masjid lain”
Lain cerita dengan seorang temanku di atas. Di saat aku merasa kagum dengan keberadaan masjid Kabukicho di tengah lokasi yang sebegitu uniknya. Ada orang Indonesia yang berkata demikian padaku ketika aku menawarinya berkunjung ke masjid ini. Aku hanya diam, tapi ada rasa sakit juga mendengarnya.
Ya mungkin memang Kabukicho disebut sebagai tempat yang tidak aman karena banyak orang ‘aneh’ disana. Kabukicho dikenal sebagai sarangnya Yakuza, preman Jepang yang menyeramkan. Kabukicho adalah tempat hiburan malam yang besar,
Di sekitar masjid, ada banyak pub/bar dengan penyewaan jasa perempuan dan laki-laki untuk menghibur (namun bukan prostitusi juga ya), namanya host/hostess club. Di tempat-tempat itu, pengunjung memesan wine/beer/vodka melalui si host/hostess ini, dan sang host/hostess akan menemani pengunjung untuk minum bersama sambil bermesraan. Nantinya si host/hostess akan mendapatkan uang dari hasil dia berhasil menawarkan minuman-minuman itu ke si pelanggannya. Mereka yang penghasilannya terbanyak, akan dipromosikan di papan nama yang besar itu di wilayah Kabukicho.
(yaampun ngerti banget yak saya urusan beginian wkwk)
Di sekitar masjid, ada banyak pub/bar dengan penyewaan jasa perempuan dan laki-laki untuk menghibur (namun bukan prostitusi juga ya), namanya host/hostess club. Di tempat-tempat itu, pengunjung memesan wine/beer/vodka melalui si host/hostess ini, dan sang host/hostess akan menemani pengunjung untuk minum bersama sambil bermesraan. Nantinya si host/hostess akan mendapatkan uang dari hasil dia berhasil menawarkan minuman-minuman itu ke si pelanggannya. Mereka yang penghasilannya terbanyak, akan dipromosikan di papan nama yang besar itu di wilayah Kabukicho.
(yaampun ngerti banget yak saya urusan beginian wkwk)
Namun anehnya, selama aku kesana, tak sekalipun aku mengalami catcalling walau aku harus jalan sendirian malam hari. Anehnya lagi, malah kebanyakan laki-laki yang lebih suka disapa oleh orang tak dikenal untuk ditawari jasa hostess di suatu hostess club tertentu. Namun normalnya sih, tak begitu banyak ancaman yang ada dari distrik ini, ketika kita berkunjung. Kata temanku sih, memang sebenarnya Kabukicho sekarang tidak semenyeramkan dahulu. Bahkan banyak kuliner menarik di sekitar sini juga, tidak halal tapi yaa.
Memang sih selama aku disini, di Kabuicho pernah terjadi kasus penembakan yakuza oleh yakuza lain di suatu tempat karaoke tak jauh dari masjid. Sering juga ada pertengkaran. Ada banyak orang mabuk yang tiba-tiba tergeletak tidur di jalanan. Bahkan ada pula orang mabuk yang masuk ke masjid.
Perkenankanlah aku bercerita lebih lanjut tentang ini:
Perkenankanlah aku bercerita lebih lanjut tentang ini:
Suatu hari di bulan April, ada orang mabuk yang masuk ke masjid dini hari. Dia mabuk dan tertidur di dalamnya. Memang permasalahannya masjid kami buka 24 jam jadi siapa saja bisa masuk ke masjid, dan pada saat itu tidak ada yang menjaga masjid. Orang itu tidur dan entah bagaimana kronologi lebih lanjut. Orang itu mengamuk di dalam masjid. Membanting kotak amal hingga berhamburan uang di dalam nya, dan dia menyalakan api kompor di dapur hingga hampir membakar sekitarnya. Kemudian orang itu pergi begitu saja. Untunglah ada orang Indonesia yang tiba-tiba datang dan meredakan masalah itu.
Namun percayalah orang itu sebenarnya tidak berniat jahat, dia melakukan itu karena di luar kontrol akibat mabuk saja. Dia tidak mengambil uang juga dari kotak amal yang dia lempar. Untungnya ada kamera CCTV di masjid sehingga dengan mudah polisi bisa melacak orang tersebut dan menemukan orang itu dengan mudah. Tentu saja dia tidak merasa melakukan hal itu, tapi karena ada bukti, tentu saja orang ini diadili. Lebih parahnya lagi, karena orang ini membuat keonaran di masjid, orang tersebut diadili dengan pasal terorisme, yang tentu saja hukumannya akan berlipat-lipat.
Pihak keluarga dan pengacara dia datang ke masjid dan meminta agar pihak masjid memaafkan sehingga proses litigasi tidak perlu dilakukan. Tentu saja pihak masjid memaafkan, sambil di dalamnya imam kami memberikan kata yang menyejukkan bahwa kejadian yang dialami ini menjadi alasan mengapa Islam melarang meminum minuman yang memabukkan karena akan ada dampak-dampak negatif seperti yang dialami oleh orang tersebut. Dari kejadian ini, semoga saja orang tersebut bisa merasakan damai dan indahnya Islam.
Sebenarnya masih ada banyak cerita tentang orang mabuk yang sering datang ke masjid, dan merasa senang ketika kami tidak mengusir dan memperlakukannya dengan buruk.
Tidak peduli orang itu masuk Islam atau tidak. Rasanya aku merasa keberadaan masjid Kabukicho di tengah red light district ini benar-benar menunjukkan betapa damai dan indahnya Islam bagi rahmatan lil 'alamin.
Penghuni Kabukicho yang berbeda,
Sintia
Location:
Masjid Al-Ikhlas Kabukicho
1-chōme-3-10 Kabukichō, Shinjuku City, Tōkyō-to 160-0021
https://goo.gl/maps/CxMFgFvj2jvqp8rW6
Facebook: Masjid Al-Ikhlas Kabukicho
Instagram: @masjidalikhlaskabukichotokyo
Namun percayalah orang itu sebenarnya tidak berniat jahat, dia melakukan itu karena di luar kontrol akibat mabuk saja. Dia tidak mengambil uang juga dari kotak amal yang dia lempar. Untungnya ada kamera CCTV di masjid sehingga dengan mudah polisi bisa melacak orang tersebut dan menemukan orang itu dengan mudah. Tentu saja dia tidak merasa melakukan hal itu, tapi karena ada bukti, tentu saja orang ini diadili. Lebih parahnya lagi, karena orang ini membuat keonaran di masjid, orang tersebut diadili dengan pasal terorisme, yang tentu saja hukumannya akan berlipat-lipat.
Pihak keluarga dan pengacara dia datang ke masjid dan meminta agar pihak masjid memaafkan sehingga proses litigasi tidak perlu dilakukan. Tentu saja pihak masjid memaafkan, sambil di dalamnya imam kami memberikan kata yang menyejukkan bahwa kejadian yang dialami ini menjadi alasan mengapa Islam melarang meminum minuman yang memabukkan karena akan ada dampak-dampak negatif seperti yang dialami oleh orang tersebut. Dari kejadian ini, semoga saja orang tersebut bisa merasakan damai dan indahnya Islam.
Sebenarnya masih ada banyak cerita tentang orang mabuk yang sering datang ke masjid, dan merasa senang ketika kami tidak mengusir dan memperlakukannya dengan buruk.
Tidak peduli orang itu masuk Islam atau tidak. Rasanya aku merasa keberadaan masjid Kabukicho di tengah red light district ini benar-benar menunjukkan betapa damai dan indahnya Islam bagi rahmatan lil 'alamin.
Penghuni Kabukicho yang berbeda,
Sintia
Bonus Foto kak Irfan sedang mengaji |
Location:
Masjid Al-Ikhlas Kabukicho
1-chōme-3-10 Kabukichō, Shinjuku City, Tōkyō-to 160-0021
https://goo.gl/maps/CxMFgFvj2jvqp8rW6
Facebook: Masjid Al-Ikhlas Kabukicho
Instagram: @masjidalikhlaskabukichotokyo
0 comments