Kenapa yang Dikejar Harus Keuntungan? - Part 1
Untung: Bahagia
Rugi: Sedih
Terlalu naif rasanya kalau manusia di dunia ini tidak punya perasaan demikian. Siapa sih yang mau ditimpa kerugian?
Aku pribadi pun mengetahui bahwa keuntungan selalu membawa kita kepada kebahagiaan. Dalam hal ini, konteknya aku bicara tentang dalam melakukan bisnis. Bahkan, tidak hanya melakukan bisnis pun, kita pasti juga melakukan segala hal yang bisa memberikan dampak positif terhadap kita.
Semua itu jelas untuk dipahami, namun aku dikenalkan dengan suatu konsep berbeda ketika aku berkuliah di Jepang ini.
Aku mengambil kelas Sport Finance, seperti namanya dia membicarakan industri olahraga dari sisi keuangan. Rasanya mata kuliah ini belum aku temukan di beberapa kampus yang aku ketahui silabusnya di Indonesia.
Aku sebenarnya bukan pencinta olahraga, bahkan bisa dibilang tidak suka olahraga. Walaupun suka olahraga adalah dasar mengambil kelas ini, aku tetap penasaran dengan apa isi kelasnya.
Kalau bicara olahraga, rasanya agak tabu sih ya untuk bicara keuangannya. Olahraga itu perusahaan bukan ya. Rasa rasanya, olahraga itu jarang untuk dijadikan sebuah alat memperkaya diri. Hmm kata siapa?
Nyatanya beberapa perusahaan olahraga, khususnya sepak bola, go public dan listing di bursa saham kan. Bahkan baru-baru ini, Bali United, klub sepak bola Indonesia ikut juga mencatatkan dirinya di Bursa Efek Indonesia.
Sebagai perusahaan, harusnya klub sepakbola itu harus memiliki tujuan yang sama dengan perusahaan pada umumnya dong, mencari laba?
Apa bisa?
Di kelas ini, aku menemukan konsep baru tentang tujuan dari sebuah industri olahraga, bahkan hingga masing-masing motif suatu klub dalam go public. Dikenallah dua tujuan yang berbeda, (1) memaksimalkan keuntungan dan (2) memaksimalkan kemenangan.
Memaksimalkan keuntungan adalah hal yang lumrah, seperti kita semua manusia normal ini mengatakan bahwa haruslah kita mengejar keuntungan agar mencapai kebahagiaan. Kenyataannya, cukup banyak loh industri sepakbola yang fokusnya memaksimalkan kemenangan. Menang tidak selalu menguntungkan ya, karena biaya membeli pemain untuk mencapai kemenangan tidak selalu tertutupi dengan pendapatan yang dihasilkan dari kemenangan tersebut.
Kenapa harus menang kalau harus mencapai kerugian?
Suatu konsep yang agaknya dibilang lumrah untuk sebuah industri sepakbola, karena memang industri ini nyatanya merupakan kepanjangan tangan dari para konglomerat kaya yang sudah memiliki banyak keuntungan dari usaha lain. Tapi benar loh, sangat dikenal bahwa klub sepakbola di Amerika lebih mengejar kemenangan, daripada keuntungan. Tidak salah lagi ini terjadi karena kebanyakan klub-klub Eropa yang kaya, dimiliki oleh para raja-raja minyak di timur tengah, seperti Manchester City yang dimiliki oleh Sheikh Mansour, royal family dari United Arab Emirate.
Disinilah, suatu hari, di kelas, kami melakukan valuasi atas keputusan Texas Rangers, klub baseball di USA, untuk membeli pemain baru, yaitu Alex Rodriguez. Kami sempat stres menghitungnya karena kami temukan nilai negatif pada Net Present Value yang kami hitung, bahkan tetap negatif besar walaupun kami sudah mencatatkan terminal value, dengan mengasumsikan sang pemain tetap memberikan nilai tambahan kepada klub walau masa kontrak telah selesai (diakibatkan ketenaran si pemain dapat membawa nama klub jadi terngiang di seluruh ingatan pecinta olahraga).
Sensei pun berkata, siapa yang menyuruh kalian harus mencari keuntungan?
Terlalu banyak hal unik dalam industri sepakbola yang terkadang susah masuk di akal para orang finance. Kenyataannya, itu benar adanya. Tidak semua industri sepakbola mencari keuntungan, kemenangan, khususnya bagi para klub sepakbola kaya, adalah suatu hal yang jadi utama, tak begitu mempedulikan bagaimana dampak finansialnya pada klub.
Ternyata keadaan ini tidak hanya terjadi di klub sepakbola. Kapan-kapan aku ceritakan hal lain lagi, dari business yang aku baca di kelas, bahwa keuntungan ternyata bukanlah suatu hal yang dicari.
Anehnya semua kenyataan ini aku dapatkan di sebuah sekolah bisnis.
Menurutmu, apakah klub sepakbola harusnya fokus cari keuntungan saja?
0 comments