Keberpihakan Pengajar di dalam Kelas
"Aku peringatkan bahwa kalian yang masuk ke kelasku ini tandanya sudah siap menerima bias (keberpihakan) ku sebagai pengajar"
Seorang dosen kelas Sustainability ku memulai kata itu di awal kelas musim semi tahun lalu.
Sekilas mendengarnya, aku cukup merasa takut dan khawatir. Aku sudah berpikiran kalau beliau ingin mengajarkanku dogma dan mazhab berpikir yang akan mengubahku. Bahkan jangan-jangan beliau mau membuatku tak percaya agama ku lagi.
Pikiran bodohku menyerang di detik-detik pertama aku mendengarnya.
***
Setiap yang ada di dunia ini memiliki polarisasi kehidupan. Ada tangan kanan, ada tangan kiri. Ada bagian utara dan bagian selatan.
Setiap orang bagaimanapun juga pasti memiliki keberpihakan, entah berpihak ke sebelah kanan, kiri, atau mencoba di tengah-tengah walau pasti masih ada condong beberapa derajat ke arah kanan atau sebaliknya.
Saat dosenku berkata bahwa dia akan membawa keberpihakan di kelas, aku penasaran, ajaran/dogma apa yang ingin beliau tanamkan padaku.
Aku bisa bilang dosen sustainability ku adalah seorang pure naturalist, mantan petinggi sebuah investment bank besar, Goldman Sachs, yang ikut dalam perumusan konsep-konsep sustainability yang harus diterapkan oleh sebuah korporasi di dunia.
Sampai akhir kelas, aku tidak menemukan sedikitpun beliau mencoba mendoktrin ku ini dan itu. Namun secara tidak langsung aku memang merasakan bahwa sosok beliau yang sangat menjaga lingkungan membuatku semakin berpikir untuk terus melakukan upaya penurunan carbon footprint sebisa mungkin.
Dari situ, aku belajar dan benar-benar menyadari bahwa masuk ke suatu kelas tandanya kita sudah siap menerima pemikiran sang guru yang akan menjadi pemikiran juga di masa depan. Mungkin, kalau aku masuk kelas yang gurunya sangat menyukai batu bara, aku pun tidak akan ikut-ikutan dosen sustainability ku untuk mengumpat-umpat penggunaan batu bara.
****
Dari sini, aku jadi sangat paham bahwa memilih guru itu memang sangat penting.
Mungkin kalau di dalam agama Islam, ada suatu wejangan bahwa sebaiknya kita belajar dari guru yang bersanad langsung pada Rasulullah, artinya ada urut-urutan yang rinci bahwa guru tersebut akan mengajarkan ilmu sesuai dengan keberpihakan Rasulullah secara langsung.
Lah kok jadi bahas agama hehe. Tapi benar loh memang soal itu.
Intinya, memilih guru itu penting karena beliau pasti akan mengubah cara pandang kita terhadap sesuatu.
Bicara soal keberpihakan, sebenarnya aku ada bahasan lain soal ini.
Tunggu di artikel berikutnya yaaa...
Best,
S.